Coba bayangkan kehidupan sehari-hari di pesantren. Di balik dinding-dinding sederhana, ratusan santri belajar, mengaji, dan menata masa depan. Mereka bangun sebelum fajar, memulai hari dengan ibadah, menimba ilmu, dan membangun akhlak. Tapi di balik semangat itu, ada kenyataan yang sering luput dari perhatian: perjuangan mereka mendapatkan air bersih. Air bersih bukan sekadar untuk mandi atau minum. Bagi santri, air adalah kebutuhan pokok untuk menjaga kebersihan diri sekaligus menjalankan ibadah. Tanpa adanya air yang layak, wudhu terganggu, sholat berjamaah terhambat, dan aktivitas belajar menjadi tidak nyaman. Sayangnya, kondisi ini masih jadi realita banyak pesantren di Indonesia.
Faktanya, berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, sekitar 11,5 juta penduduk di Indonesia masih mengalami kesulitan akses air bersih, termasuk di lingkungan pesantren. Salah satunya terjadi di Pondok Pesantren Al Mahbub, Sumedang. Santri di sana harus berjalan jauh hanya untuk mendapatkan air dari sumur seadanya. Air yang mereka dapat seringkali keruh, berbau, dan tidak layak konsumsi. Bayangkan, mereka harus mengorbankan kebersihan sebelum ibadah. Dampak dari keterbatasan ini sangat serius. Kurangnya akses air bersih meningkatkan risiko penyakit seperti diare, infeksi kulit, hingga gangguan saluran pernapasan. Bahkan menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 485 ribu kematian di dunia disebabkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi. Di pesantren, kondisi ini tak hanya mengancam kesehatan santri, tapi juga mengganggu kelancaran ibadah dan proses belajar mengajar.
Namun, perubahan nyata bisa diwujudkan. Salah satu solusinya adalah dengan membangun sistem penyediaan akses air bersih di beberapa pesantren, seperti pemasangan pipa, penampungan air, serta alat filtrasi. Upaya sederhana ini dapat menjadi jalan keluar atas permasalahan besar. Dampaknya terasa langsung; waktu santri jadi lebih produktif, tidak lagi habis untuk antre atau menimba dari sumur jauh. Kesehatan mereka lebih terjaga, lingkungan pesantren menjadi lebih bersih, nyaman, dan aman dari penyakit.
Secara komunal, pesantren yang memiliki akses air bersih juga menunjukkan peningkatan kualitas hidup. Ibadah berjalan lancar, kegiatan belajar lebih fokus, dan kepercayaan masyarakat sekitar terhadap pesantren ikut meningkat. Hal ini sudah dirasakan oleh Pondok Pesantren Al Mahbub, Sumedang. Setelah adanya fasilitas air bersih, kondisi mereka membaik drastis. Kini air mengalir lancar ke seluruh area pesantren, mulai dari asrama hingga tempat ibadah. “Dulu santri kami sering kelelahan hanya karena cari air bersih. Sekarang, mereka bisa lebih tenang, lebih sehat, dan lebih khusyuk belajar agama. Ini berkah besar untuk kami,” ungkap Ustadz Dedi, salah satu pengajar di Al Mahbub.
Air bersih adalah hak semua orang, termasuk para santri dan pengajar di pesantren-pesantren Indonesia. Mereka adalah generasi penerus yang layak mendapatkan lingkungan sehat untuk menuntut ilmu dan menguatkan keimanan. Sayangnya, masih banyak pesantren yang menghadapi masalah serupa. Mari jadi bagian dari perubahan.
Bantu wujudkan akses air bersih untuk pesantren-pesantren yang membutuhkan. Karena air bersih bukan hanya untuk hidup, tapi juga untuk ibadah, untuk masa depan, dan untuk generasi yang lebih sehat dan berilmu.