Setiap orang berhak mendapatkana akses air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Apalagi, air menjadi sumber kehidupan yang tak tergantikan yang merupakan hak asasi manusia. Semua itu akan berkaitan dengan kesehatan, ekonomi, dan kelestarian lingkungan. Tanpa akses air bersih, masyarakat rentan terhadap berbagai penyakit seperti diare, kolera, dan tifus. Namun, apakah semua warga Indonesia sudah bisa mendapatkan akses air bersih yang layak? Nyatanya tidak semua wilayah mendapat akses air bersih.
Akses air bersih dan layak di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Pada 2022, masih ada 35,3 juta orang di Indonesia yang tidak memiliki akses ke air bersih dan layak. Mayoritas orang yang tidak memiliki akses ke air bersih dan layak tinggal di daerah pedesaan, salah satunya adalah wilayah Jawa Barat.
Fakta lainnya, berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian PUPR, hingga Maret 2025 bahwa sekitar 28 juta warga Indonesia mengalami kesulitan akses air bersih setiap hari dan 9 provinsi menetapkan status siaga darurat air bersih.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, ada sekitar 9,45% rumah tangga di Jawa Barat masih memanfaatkan air permukaan, air hujan, atau sumber lainnya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi harian mereka. Hal itu menandakan bahwa sebagian kecil masyarakat terutama daerah pedesaan masih mengandalkan sumber air alami karena keterbatasan akses air ledeng atau air bersih.
Di beberapa daerah penggunaan air permukaan atau air hujan masih cukup tinggi, misalnya Sukabumi (16,34%), Cianjur (18,41%), Kuningan (18,58%), dan Ciamis (19,13%). Terdapat contoh lainnya seperti pada salah satu desa di daerah Kabupaten Tasikmalaya yang kesulitan mengakses air bersih hingga harus rela berjalan kaki sejauh 1 km dengan medan yang terjal untuk bisa mendapatkan air. Para warga harus bergiliran mengambil air dengan satu ember atau jerigen kecil yang secara kasat mata memang terlihat jernih namun belum bisa dipastikan kualitas air tersebut apakah bersih dan layak untuk dikonsumsi atau tidak. Pada akhirnya warga terpaksa harus bertahan dengan pasokan air yang minim karena jarak tempuh yang cukup menguras energi. Ditambah lagi, kesulitan warga semakin diperparah oleh harga air bersih yang tak terjangkau. Harga 1 galon air bersih Rp 5.000,- sementara kebutuhan harian mereka mencapai 20 galon air.
Masih adanya ketergantungan daerah terhadap air alami yang ada di lingkungan mereka menggambarkan bahwa kondisi geografis, sosial ekonomi, dan minimnya pembangunan sarana air bersih belum secara merata. Sehingga membuat masyarakat terpaksa mengandalkan sumber air yang rentan terhadap perubahan cuaca, pencemaran, dan krisis iklim.
Dalam mengatasi permasalahan ini, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan akses air bersih yang layak untuk masyarakat. Oleh karena itu, Penderma.id hadir dengan berbagai program yang berfokus menyediakan air bersih dan layak konsumsi untuk daerah yang memiliki keterbatasan mengakses air bersih. Bersama Para Penderma juga, kita bisa memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan akses air bersih berkelanjutan untuk masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan hidup mereka menjadi lebih baik.