Ketika Jembatan Layak Hanyalah Harapan

Di banyak wilayah pedalaman Indonesia, jembatan bukan cuma bangunan penghubung dua sisi sungai. Buat warga di sana, jembatan adalah jalan menuju sekolah, rumah sakit, dan pasar. hal-hal yang buat kita di kota mungkin terasa biasa, tapi buat mereka, itu perjuangan setiap hari.

Masalahnya, banyak jembatan di daerah pelosok dibangun dari bambu atau kayu seadanya. Nggak jarang, jembatan itu dibuat swadaya oleh warga sendiri, tanpa bantuan teknis atau bahan yang layak. Awalnya mungkin kuat, tapi begitu hujan deras turun atau sungai meluap, jembatan itu gampang rusak, bahkan ambruk terbawa arus.

Bayangin aja, anak-anak kecil yang mau ke sekolah harus jalan di atas bambu licin, sambil pegang tali supaya nggak jatuh ke sungai. Atau orang tua yang sakit tapi nggak bisa dibawa ke puskesmas karena jembatannya putus. Semua aktivitas warga mulai dari sekolah, kerja, jual hasil panen, semua itu langsung berhenti cuma karena satu hal: akses yang nggak layak.

Padahal, semangat warga di pedalaman luar biasa. Mereka gotong royong, ngumpulin bambu, nyari kayu, dan bangun jembatan seadanya biar tetap bisa terhubung. Tapi sekuat apa pun usaha mereka, tanpa bantuan dan perhatian dari luar, kondisi ini bakal terus berulang.

Sudah saatnya kita lebih peduli. Nggak harus jadi orang besar untuk bantu, cukup mulai dari menyebarkan cerita ini, ikut gerakan sosial, atau mendorong program pembangunan di desa-desa terpencil. Karena buat mereka, satu jembatan kecil bisa berarti banyak, bisa jadi jalan menuju harapan, masa depan, dan kehidupan yang lebih baik.
Yuk, buka mata dan hati buat saudara-saudara kita di pelosok. Banyak dari mereka masih berjuang setiap hari hanya untuk menyeberang. Dukung gerakan pembangunan jembatan layak, sebarkan ceritanya, dan jadi bagian dari perubahan. Karena satu langkah peduli dari kita, bisa jadi pijakan harapan buat mereka.

Kirim Pesan
Mereka butuh uluran tangan kita. Karena sedikit bantuan dari #parapenderma adalah harapan besar bagi mereka